Aku adalah pintunya ilmu, dan Ali adalah kuncinya". Kata Rasulullah
kepada Ali bin Thalib dalam sebuah hadits.
Ali bin Abi Thalib memang memiliki banyak keistimewaan, selain
sebagai keponakan Rasulullah. Ia adalah pemeluk Islam pertama dari generasi
pemuda. Ketika dewasa ia menjadi menantu Rasulullah, usai menikah dengan
Fatimah az-Zahra. Di samping itu semua, kecerdasan adalah keistimewaan lain
yang dimiliki Ali bin Abi Thalib. Bahkan, Rasulullah sendiri pun mengakui
kecerdasan Ali bin Abi Thalib dan menjulukinya sebagai kuncinya ilmu.
Oleh sebab itu, banyak orang yang bertanya kepada Ali bin Abi
Thalib dengan berbagai macam motif. Ada yang ingin sekedar mengetes, ada yang
yang ingin menjatuhkan, tapi ada pula yang ingin benar-benar mendapatkan
jawaban atas persoalan yang dihadapi.
Cerita tentang kecerdasan Ali bin Abi Thalib banyak beredar.
Salah satunya tentang seseorang yang masuk Islam setelah bertanya tentang
matematika. Kisah tersebut terekam dalam buku Menggali Nalar Saintifik
Peradaban Islam. Dikisahkan, suatu ketika seorang pendeta Yahudi –sebelum
meninggal dunia- berpesan kepada muridnya agar mencari dan menemui orang yang
mendapatkan gelar ‘kuncinya ilmu’ (Ali bin Abi Thalib).
Ketika bertemu dengan ‘kuncinya ilmu’, sang murid diminta untuk
mengajukan satu pertanyaan matematika, sebuah pertanyaan yang sampai pada saat
itu tak seorang pun dapat menjawabnya.
“Bilangan mana yang yang habis dibagi satu sampai sepuluh?” kata
seorang pendeta Yahudi kepada muridnya agar ditanyakan kepada sang ‘kuncinya
ilmu.’
Tidak sampai di situ, pendeta Yahudi tersebut juga memberikan
wejangan yang aneh dan nyeleneh. Jika sang ‘kuncinya ilmu’
bisa menjawab pertanyaan itu, maka sang murid disuruh untuk mengikutinya.
Sebaliknya, jika sang ‘kuncinya ilmu’ tidak dapat menjawabnya maka sang murid
harus meninggalkannya dan terus mencari orang yang bisa menjawabnya.
Hari demi hari telah berlalu. Akhirnya sang murid dari pendeta
Yahudi itu berhasil bertemu dengan Ali bin Abi Thalib. Segera saja ia
menanyakan pertanyaan tersulit tersebut. Mendengar pertanyaan itu, Ali
bin Abi Thalib langsung menjawab tanpa hambatan yang berarti.
Ali bin Abi Thalib lalu menyuruh murid pendeta Yahudi itu untuk
mengalikan jumlah hari dalam seminggu dengan jumlah hari dalam sebulan dengan
jumlah bulan dalam setahun; yakni 7 x 30 x 12. Setelah dihitung, hasilnya
adalah 2520. Itulah jawaban Ali bin Thalib atas pertanyaan “Bilangan mana yang
yang habis dibagi satu sampai sepuluh?” yang diajukan murid pendeta Yahudi
tersebut.
Murid pendeta Yahudi itu terkejut dengan jawaban Ali bin Abi
Thalib. Setelah dihitung beberapa kali, ternyata 2520 adalah bilangan terkecil
yang bisa dibagi habis bilangan satu sampai sepuluh. Sesuai pesan sang guru,
akhirnya murid pendeta Yahudi itu mengikuti Ali bin Abi Thalib, masuk Islam